Idul Fitri tahun ini adalah pertama kalinya
saya merayakan lebaran tidak bersama orang tua karena sejak setahun lalu saya
menemani suami berkuliah di Arab Saudi. Ternyata lebaran di Arab Saudi itu tidak
seperti biasanya yang kita lakukan di Indonesia. Pada malam sebelum Sholat Ied
biasanya di kampung halaman saya mengadakan takbir bersama-sama di seluruh
masjid dan musholla, namun ternyata di Arab Saudi tidak ada takbiran kecuali
hanya sesaat sebelum Shalat Ied didirikan. Ada hal lain yang membuat kangen dengan
suasana lebaran di Indonesia, biasanya di Indonesia keluarga-keluarga saling
mengantar makanan ke saudara mereka yang lebih tua serta ramai dengan suara
takbir yang menggema ke seluruh kampung. Bahkan bagi beberapa orang di
Indonesia selalu membakar petasan dan kembang api dalam rangka memeriahkan
suasana Idul Fitri.
Pada hari Idul Fitri pertama saya di Arab
Saudi, kami lakukan di Masjid Raja Abdullah kampus King Abdullah University of
Science and Technology atau yang bisa disebut KAUST tempat di mana suami saya
berkuliah. Idul Fitri tahun ini jatuh pada hari Senin tanggal 28 Juli 2014 sama
seperti tanggal yang ditetapkan oleh Pemerintah di Indonesia. Sholat Ied
dilaksanakan pada pukul 06.10 pagi waktu setempat. Setelah sholat Ied dipimpin
oleh sang imam, dilanjutkan dengan khutbah. Setelah khutbah selesai, para
jamaah saling bersalaman seraya mengucapkan “Ied Mubarok” dan beberapa orang
ada yang membagikan permen cokelat dan kue kering kepada para jamaah.
Saya bersyukur di KAUST ada beberapa sahabat asal
Indonesia yang tidak mudik ke kampung halamannya, sehingga selesai sholat Ied
kami bisa berkumpul untuk mengadakan halal bihalal sesama warga Indonesia. Kami
para wanita membagi tugas untuk membawa makanan untuk dibawa dan dimakan
bersama saat halal bihalal. Ada yang bertugas memasak opor ayam, lontong, gulai,
rendang, sambel goreng, gorengan, es buah, rujak, dan banyak lagi. Namun sayang sekali tidak ada kue nastar dan
astor seperti di rumah. Di acara halal bihalal turut hadir mahasiswa dan
pekerja, mereka semua sudah seperti saudara sendiri. Kami berkumpul bersama dan
makan masakan Indonesia, saya merasa seperti berada di Indonesia.
Lebaran tahun ini saya merasa ada yang kurang
karena saya hanya bisa video call bersama orang tua. Karena tak ada saudara
yang kita kunjungi, akhirnya saya dan suami bersilaturahim dengan Bu Endang,
beliau adalah pengajar di sekolah anak-anak Indonesia (Darul Ulum). Saya belum
pernah ketemu dengan bu Endang dan suami saya baru ketemu sekali saat jadi
saksi pemilu tahun ini. Sekali bertemu sudah seperti orang tua sendiri.
Taqoballohu minna wa minkum :)
A. Sofiyah
No comments:
Post a Comment