CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sep 21, 2014

Apa sih tolak ukur keberhasilan Rumah Tangga ?



Assalamu'alaikum

💕 Apa sih tolak ukur keberhasilan Rumah Tangga ?

Sebagian besar masyarakat mengatakan, ada 2 hal yang jika terjadi maka Rumah Tangga tersebut terbilang sukses :

1) Punya anak,
2) Banyak harta.

Bukan. Bukan itu.

Pertama, Rumah Tangga 'Aisyah Radhiallaahu 'anha tidak dikaruniai anak, lalu apakah kita akan berkata Suami-Isteri tersebut tidak harmonis ? Tidak bahagia ?

Kedua, Rumah Tangga Fatimah Radhiallaahu 'anha sangat minim harta. Sang Istri pernah menahan laparnya selama beberapa hari hingga kuninglah wajah beliau. Lalu, apakah kita berani mengatakan bahwa Rumah Tangga mereka hancur berantakan diujung tombak ? Tidak. Bahkan Suami beliau adalah salah satu penghuni Surga Allaah. Maa syaa'Allaah..

💥Benar, sebagai seorang Isteri jangan bermudah-mudahan untuk menuntut kalimat perpisahan hanya karena kedua sebab diatas. Sebab ummahatul mukminin tidak pernah memberatkan suaminya dengan perkataan tercela.

💥Juga, sebagai seorang Suami jangan bermudah-mudahan mengatakan "aku tak punya harta, aku tak pantas untukmu.. Duhai Isteriku.." Innalillaahi wa inna ilayhi rooji'un. Tau kah para Suami, kalimat tersebut justru enggan didengar oleh Istri kalian. Sebab para sahabat tidak tercermin dalam diri mereka sifat keputus-asaan.

🏡Tolak ukur keberhasilan Rumah Tangga seorang Muslim ialah,

💕 Ketika setelah menikah, maka bertambahlah taqwa mereka kepada Allaah..

💕 Ketika setelah menikah, maka bertambahlah amalan-amalan sunnah mereka..

💕 Ketika setelah menikah, bertambahlah hapalan-hapalan mereka..

💕 Ketika setelah menikah, bertambahlah kesabaran mereka dalam setiap taqdir Allaah..

💕 Ketika setelah menikah, bertambahlah ghiroh mendatangi majelis-majelis 'ilmu Allaah..

💕 Pun, ketika setelah menikah, bertambah takutlah mereka sebab mengingat hari dimana mereka akan terpisah dan menghadap sidang Rabb-nya yang paling adil. Bertambah berharaplah mereka kepada Rabb-nya agar bisa dinikahkan lagi dalam Jannah Allaah tanpa hisab..

Maa syaa'Allaah
BaarakAllaahu fiikum

kutipan nasehat indah untuk kita semua..

*Tausiyah dari Whatsapp

Sep 14, 2014

Kemana Perginya Doa?





Bismillah ... Jika berharap uang, ternyata yang datang hutang ..
Jika meminta kemudahan, yang hadir justru kesulitan ..
Jika doakan kesehatan, yang hampiri penyakit ..

Jangan kau tanya mengapa Allah tak kabulkan doa ..
Jangan kau paksa kapan Allah ..
akan ijabahkan doa ...

Jangan kau heran mengapa Allah ..
abaikan doa ..

Tapi tanyakan seperti apa tubuhmu bicara ..
tanyakan seperti apa hatimu berkata ...

Apa Subuhmu menjelang dhuha?
Apa Dzuhurmu sisa waktu bisnis yg kau punya?
Apa Ashar-Maghrib mu terlalu dekat waktunya?
Apa Isya mu terlewat karena lelah yg ada?

Jangan salahkan Allah, ..
Jika kau kira bisa bebas berbuat dosa ..
lalu bisa putihkan dengan Umroh tiap tahun adanya ...

Jangan salahkan Allah, ..
Jika ayat suci hanya kau pilih beberapa ..
Surat Yusuf agar mendapatkan putera ganteng nan sholeh, ..
Surat Maryam agar memperoleh puteri nan cantik sholehah, ..
Surat Ar-Rahman agar berlimpah rejeki ...

Dan jangan salahkan Allah, jika ayat-ayatNya tak pernah dibaca ataupun diamalkan dalam kehidupan nyata ...

Jika titah Allah hanyalah beban, ..
Jika ibadah kepada Allah hanyalah dagang ,..
hanya untung dan rugi .
Jangan harap kecintaanNya akan datang

Duhai Allah
Jagalah kami dari hal2 yg demikian ... Aamiin Ya Allah

*Tausiyah Whatsapp

Sep 3, 2014

Shalatku Sebagai Komunikasiku dengan Tuhanku

Shalat adalah komunikasi seorang hamba dengan Rabb-nya secara langsung. Ketika shalat tidak ada sekat yang membatasi seseorang untuk bertemu, berdialog, dan mengungkapkan segenap perasaannya kepada Zat Yang Mahasuci. Tidak perlu perantara maupun status yang tinggi untuk berdialog dengan-Nya. Walau kita seorang pendosa besar, rakyat jelata, atau orang yang miskin, Allah akan tetap menerima kehadiran sang hamba dalam shalat dengan “tangan terbuka”. Inilah yang dimaksud shalat sebagai bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dan Tuhannya.
Tapi sangat disayangkan bila shalat hanya dijadikan sebagai ibadah rutin yang dilakukan dengan terpaksa, yaitu oleh sebagian Umat Islam yang melaksanakan shalat sebatas untuk menunaikan kewajiban, bukan sebagai kebutuhan. Mungkin bila shalat tidak diperintahkan sebagai ibadah wajib, pasti mereka tinggalkan. Shalat yang tersiksa, seakan-akan saat adzan memanggil untuk shalat, kita seringkali berada dalam kondisi tertekan dan tersiksa. Shalat dirasakan sebagai sesuatu hal yang mengganggu aktivitas kehidupan kita. Shalat yang tergesa-gesa seakan tak adanya kekhusyukan dalam shalat, maka yang terlintas dalam diri kita bagaimana menyelesaikan shalat dengan cepat. Na’udzubillah

Bagaimana perasaanmu bila kamu diundang oleh Presiden/Raja? Bahagia bukan? Mungkin kamu akan sulit tidur, mungkin kamu akan menyiapkan pakaian yang pas untuk bertemu dengan Presiden/Raja dan bahkan kamu bakal menyiapkan kata-kata yang pas saat berdialog dengan pemimpin Negara. Iya bukan? Bagaimana bila kamu diundang oleh Allah SWT dengan kumandang adzan? Dia undang tanpa pilih kasih, Dia undang dengan “tangan terbuka” tanpa melihat dosa dan tingkah laku yang kita perbuat. Bagaimana kondisi kita saat berhadapan dengan Presidennya Para Presiden, Rajanya para raja, Dia yang menciptakan seluruh alam ini, beserta isi-isinya. Tabaarakalloh, Maha Mulia Dia, Dzat Yang Sebaik-baik Pencipta.

Firman Allah Azza Wajalla, “Sungguh bahagia orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang di dalam shalat mereka khusyuk.” (QS Al-Mu’minun [23]: 1-2).

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepadanya”. (QS. Al-Baqarah: [2]: 45-46).

Sep 2, 2014

Kontemplasi Usia ke-24

Sepotong kue dan sehelai surat merupakan hadiah yang suami saya berikan kepada saya. Saya tidak pernah berharap dapat surprise, kado, atau apapun. Islam tak pernah mengajarkan untuk merayakan perayaan ualang tahun, apalagi tiup lilin.

Terlahir dari orang tua yang merantau dari daerah ke Ibukota untuk mengadu nasib. Ibu dan bapak gak pernah mengajari anak-anaknya untuk merayakan ulang tahun. Mereka mengajarkan bagaimana bersyukur dengan apa yang Alloh berikan.

Di usia saya yang ke 24 tahun, semakin berkaca apa yang telah saya perbuat untuk membuat orang tua saya tersenyum? Apa yang telah saya lakukan untuk negaraku Indonesia? Apa yang telah saya lakukan untuk dakwah Islam? Apa yang telah saya perbuat hingga saya pantas masuk surga-Nya? Semakin sedih bila diteruskan karena saya merasa masih sangat jauh dengan apa yang telah saya lakukan selama hidup saya ini.

Mimpi saya hanya ingin secuil surga dari setiap kata yang tercurahkan dalam sebuah tulisan, hanya ingin setiap langkah saya penuh perbaikan dan kebaikan hingga berbuah surga dari-Nya.

Ahhh saya hanya wanita biasa yang ingin surga dari setiap bakti saya kepada suami. Saya hanya wanita biasa yang ingin umur saya bermanfaat buat umat. Saya hanya ingin surga yang dirindukan para syuhada.

Tabarokalloh… Maha Mulia Alloh, sebaik-baik skenario hingga hidup saya penuh warna. Mohon maaf segala khilaf kata dan perbuatan yang pernah melukai hati yang pernah kenal dengan saya.

Mohon doanya untuk para pembaca, semoga Alloh izinkan saya menjadi wanita sholehah dengan dikaruniai anak yang sholeh dan sholehah sebagaimana Nabi Zakaria a.s tak ingin hidup dengan kesendirian tanpa keturunan. Mohon doanya semoga Alloh mudahkan saya menjadi salah satu bagian orang-orang yang terlibat dalam memajukan Pendidikan di Indonesia. Dan semoga Alloh memudahkan kita untuk semakin memperbaiki diri hingga kita pantas masuk kedalam surga-Nya.

Terima kasih banyak buat Ibu, bapak, kakak, adek doanya, makasih buat Abang cakenya, kadonya, suratnya, doanya, supportnya, sahabat-sahabat saya yang rela bikin gambar dan video ditengah kesibukan kalian hingga bisa melepas rindu saya pada kalian, adik-adik di Yayasan, sahabat-sahabat yang ga bisa saya sebut satu per satu.

Salam rindu dari wanita biasa di Tepi Laut Merah