Aku hanya menulis apa yang ingin aku tulis, tentang sebuah perasaan yang terpendam sejak dulu. Tentang cinta tapi bukan cinta yang sering diceritakan dalam novel-novel atau sinetron picisan, ini tentang cintaku pada seseorang yang telah membuat aku jadi seperti ini. Ya kepada ia yang telah mengenalkanku tentang sebuah dunia yang sangat indah, menjebloskanku pada sebuah jalan yang berliku, penuh onak dan duri namun ada pemandangan indah di ujungnya, syurga.Inilah jalan dakwah itu. Jalan yang kulalui bersama-sama dengan mereka yang merindukan pertemuan dengan Sang Penciptan di Jannahnya.
Entah sikap apa yang harus aku ambil untuk mengekspresikan perasaan, emosi dan pikiran yang ku rasakan saat ini, sebuah perasaan, emosi dan pikiran yang sudah kupendam lama sekali. Tentu tentang seseorang yang kucintai itu. Dia seorang ikhwan,-mengertikan maksudku ? saat ku menyebut ia ikhwan, maka bayangkanlah seorang pria berjenggot, selalu memakai celana kain atau celana gunung, mengenakan sandal gunung, memakai kaca mata, memakai jaket palestine, dan ia sering menghabiskan waktunya untuk rapat di masjid atau dimanapun, dan orang-orang menyebutnya sebagai aktivis dakwah kampus-. Tanpa bermaksud mendikotomikan makna dibalik ikhwan dan pria. Dan sekali lagi ini bukanlah kisah picisan seperti yang ada di novel-novel itu, karena ikhwan ini adalah kakakku. Ya, ia lah yang secara tidak langsung menggiringku mengenal jalan ini, jalan yang hari ini berusaha ku lalui. Jalan dakwah.