CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jan 20, 2019

Ibu Profesional seperti air yang menyegarkan tanaman, dimusim kemarau



Tahun ini adalah tahun ke lima saya merasakan musim dingin di Arab saudi. Dan hampir tiga tahun saya ditakdirkan Allah menjadi seorang Ibu. Sebelum menjadi seorang ibu, saya diberi kesempatan untuk berkerja paruh waktu saya di Taman Kanak-kanak area kampus suami.

Satu tahun berkerja sebagai paruh waktu, Allah takdirkan saya hamil setelah hampir dua tahun saya dan suami menanti buah hati di perantauan ini. Sebelum melahirkan anak pertama saya, saya memutuskan menjadi Ibu yang berkerja diranah domestik. Hingga setahun berjalan, Allah memberi kesempatan untuk merasakan menjadi seorang ibu berkerja diranah publik. Saya kembali berkerja paruh waktu. Saya merasa saat itu dunia yang lebih produktif. Waktu saya 24 jam terasa cepat berlalu, saya harus bangun lebih pagi menyiapkan bekal untuk anak saya di daycare serta menyiapkan makan saya dan suami. Serta harus tidur lebih telat karena tetap memberi waktu bonding saya dan anak. tapi itu tak berjalan lama. Allah hanya takdirkan saya satu tahun saja sebagai ibu berkerja diranah publik. Di area kampus suami memiliki peraturan baru bahwa istri dari seorang mahasiswa tidak diperbolekan untuk berkerja paruh waktu. Kembalilah saya menjadi Ibu yang berkerja di ranah domestik (Ibu Rumah Tangga).

Meski pernah menjadi ibu yang bekerja diranah domestik, saya merasa berat karena rutinitas yang berbeda. Saya merasa hidup saya tak produktif lagi, waktu saya hanya terbuang begitu saja.
Ada doa yang selalu saya panjatkan ketika saya bermunajat kepada Allah, salah satunya adalah meminta waktu saya bermanfaat dan tak terbuang sia-sia. Hingga Allah jawab doa saya, salah seorang teman yang saya kenal lewat jejaring sosial. Beliau sedang berbagi cerita bahwa dia mengikuti kelas martikulasi di Institut Ibu Profesional. Saya mulai bertanya dengan beliau, bagaimana cara mengikuti program itu. Karena saya sangat tertarik dan ingin belajar menjadi Ibu yang professional meski saya berada diranah domestik.

Saya aktifkan alaram telepon genggam saya agar tak terlewatkan pendaftaran kelas martikulasi. Karena pembukaan kelas martikulasi angkatan ke enam ini mengikuti waktu Indonesia, saya sempat hampir kehilangan kesempatan untuk mengikuti kelas martikulasi angkatan ke-6 ini. Alhamdulillah atas izin Allah dan teman online saya ini, masuklah saya dikelas martikulasi luar negeri batch 6.
Saya disana belajar banyak, dipandu dengan kakak-kakak fasilitator, observer, dan guardian yang hebat serta teman-teman seperjuangan semakin member warna baru dalam kehidupan baru saya.  Memiliki teman seperjuangan, saya makin terasa bahwa kegalauan yang saya alami tak hanya sendiri. Seorang ibu memang tak ada sekolahnya, Institut Ibu Professional telah membawa warna buat saya pribadi untuk belajar bagaimana menjadi seorang Ibu Professional.

Setelah hampir tiga bulan perkuliahan dengan materi-materi dan tugas-tugas yang luar biasa, saya menjadi mengetahui apa itu Ibu Profesional. Salah satunya saya belajar bagaimana memanage waktu dan menjadikan masalah-masalah yang saya hadapi menjadi sebuah tantangan. Tugas domestik harus diselesaikan, jangan sampai ditunda-tunda sehingga merasa terbebani.

Saya pun sangat bahagia bisa dipertemukan teman-teman seperjuangan di kelas luar negeri martikulasi batch 6. Meski kami belum pernah bertemu  langsung. Saya merasa sudah seperti dekat sekali. Meski akhirnya kami harus dipisahkan per regional, saya percaya kami bisa saling member manfaat dimana pun kita berada.

Saya yang berdomisi di Arab Saudi, kami masuk di regional Ibu Profesional Asia sedangkan yang berdomisili di wilayah US, Eropa, Afrika masuk ke Ibu Profesioanal non Asia.
Pada saat itu saya mengibaratkan Institut Ibu Profesional seperti air yang menyegarkan tanaman  ditengah kemarau panjang. Yang membuat tanaman itu tumbuh tapi, tak berguna. Itulah yang saya rasakan, awalnya saya berpikir “yasudah jalani saja hidup ini untuk saya dan keluarga saya”. Tetapi, sepatutnya sebagai Hamba Allah, seorang Istri, dan seorang Ibu. Saya bisa juga memberi manfaat untuk orang sekitar dengan segala potensi yang saya miliki.


Jan 13, 2019

"Jangan panik saat anak sakit, ajarkan dia tentang Tauhid"

13/30


Sudah 2 tahun 9 bulan saya menjadi ibu. Meski pengalaman saya belum banyak. Mudah2an tulisan saya bermanfaat. 😊

.

.

Saat menjadi ibu baru tahun 2016 bulan April. Saya dan suami bener2 panikan. Kami memang melewati berdua saja. Jd wajar kita serba panik. Seminggu Hijaz di rumah kuning panik ke dokter, matanya banyak kotoran ke dokter, bahkan usia Hijaz 3minggu kami sudah tlp 911 dan naik ambulan buat cek Hijaz. Saat itu hijaz kolik. Minum asi muntah, muntah dahsyat disertai semburan. Salah satu penyebabnya adalah tongue tie yg dimilikinya. Karena tongue tie, dia ga bisa menyusu dengan sempurna. Sehingga banyak gas yang masuk ke perutnya. 

.

.

Alhamdulillah tinggal di compound dengan fasilitas masyaAllah ada Klinik dan ambulance yg siap siaga dan itu free. 

karena kami tak punya mobil dan hanya punya motor. Motor disini ga boleh boncengan ber3, apalagi usia hijaz yg masi bayi. Tlplah 911, 5menit kemudian ambulance datang menuju ER (emergency room). Dokter ER malah bikin panik. Katanya harus dimasukin selang buat ngeliarin gasnya. 😑 huff.. akhirnya kami ditransfer ke RS di Jeddah dengan ambulance. Pdhal smpe Jeddah di suruh tummy time dan pijat ILU. 😅

.

.

Hijaz juga pernah HMFD/fku singapur 2x. 


Berharap ga naik ambulance lagi karena Hijaz sakit, qodarulloh usia hampir 2thun kami naik ambulance lagi. 😓

Iya hijaz panas sampe 41° pdhal sudah minum penurun panas. Dan saat tidur napas dia begitu cepat. Tlplah 911 lagi. 5menit setelah tlp si ambulance datang. Hijaz di cek urin, darah, dan ronsen. Dia kena gejala pneumonia. Sebenarnya ga terlalu jelas, tp dokter menyarankan di transfer di RS Jeddah. Dan lagi2 kami naik ambulance. 😙

Bedanya kali ni Hijaz di rawat. Melihatnya di infus, hati ibu mana yg tak kasihan. 

Saya panik dan selalu bertanya kepada suami "gimana yang?".

Dengan tenang dia menjawab sambil menggengam tangan sy.  "it's ok, sayang. Ga usah khawatir. Kan udah ditanganin dokter. Kita tinggal berdoa". 

.

.

Meski Fasilitas VIP dan gratis tetap aja, tdr di rumah lebih enak dibanding di RS. Alhamdulillah hanya semalam aja bobo di rs. 

.

Alhamdulillah saat ini anaknya sudah bisa diajak kerjasama dan dia sudah tau rasanya kalo dia sedang sakit. 

3 hari yang lalu, Kamis pagi dia meler. Biasanya sy sudah feeling klo meler gini. Malamnya bakalan panas. Iya benar saja, bis magrib matanya sudah mulai berair dan dia bilang panas una. 

Karena pengalaman yg sudah ada, selama suhunya belum 39, saya kompres aja dia. Ajak tdr, ajak dia minum air putih yang banyak, makan oranges atau minum orange jus, saya buatkan sup. Kalo anaknya ga mau makan biasanya sy buatkan bubur. Atau cemilan2 yg membuat perutnya terisi. Dan jangan lupa ajak dia berdoa. 

.

.

Saat dia lemas, saya bertanya "siapa yg kasih kita sakit,nak?"

Hijaz jawab "Allah".

Saya menjelaskan "iya Allah, tapi Allah kasih kita sakit bukan karena Allah tak sayang sama kita. Justru Allah sayang sm kita. Allah kangen kita berdoa kepada-Nya". 

Sekarang Hijaz berdoa ya. Gimana doanya? 

Saya membantunya "Allahumma a'fini fii"

Hijaz "Badani"

Sy "Allahumma a'fini fii"

Hijaz "sam'i"

Saya "Allahumma a'fini fii"

Hijaz "bashori"

Saya bantu lagi "Ya Allah sembuhkan hijaz, supaya sehat lagi. Bisa ke masjid lagi, ke mekkah lagi, main bola lagi". 

Aamiin. (Hijaz dan una)

*jadi klo anak sakit, ga perku panik. Kita ikhtiar,berdoa, dan kuatkan kesabaran. 

Demam adalah reaksi tubuh ketika ada sesuatu hal yg baru, entah virus atau bakteri. Jangan panik, mommy. 😊


Jan 10, 2019

I am a big brother insyaAllah

10/30 (tantangan 30hari bercerita). Lengkapnya ada di ig (@aniksofiyah_ / https://www.instagram.com/aniksofiyah_/

Sejujurnya masih bingung manggil Hijaz, kakak atau abang ya? Kalau ditanya dia maunya dipanggil kakak Hijaz. 😅


Kata suami gak usah kayak gt, abang aja manggil kakak2 abang namanya aja. Kayak bule-bule gt. (Betawiy style) 😅

.

.

Awalnya saya tau kehamilan saya, antara senang dan sedih. Senang ternyata Allah kasih begitu cepat, pdhal saat menanti Hijaz lumayan lama. Sedih karena merasa nanti gimana gimana (kekhawatiran yg belum terjadi). Tapi Saya percaya bahwa Allah tanamkan janin dirahim saya, tanda Allah mempercayai sy dan suami bahwa kami bisa melewatinya. .

.

Seiring kandungan saya membesar, masyaAllah Tabarakallah Hijaz terlihat bahagia, selalu semangat klo di ajak melihat adiknya. Pertama kali dia lihat adiknya di layar ultrasound, dia bilang "kok adek gelap, daddy?". Daddy said "iya di tummy una ga ad lampu". .

.

Tiap cek ke dokter selalu ada hal baru yg dia lihat dan diucapkan. Seperti "tangan adek small", "Iya kan masih baby". Kami merespon celotehannya.

.

.


Makin kesini, saya sudah meminta dia untuk membacakan buku untuk adiknya. Haha dengan gaya ibu2/gaya daddy n unanya yg sedang story telling. Masyaallah saya bangga dengannya. 

Saya juga meminta dia, bacakan hafal2an Qur'an yg sudah ia hafal. Sambil memegang Al-qur'an dia bacakan surat2 pendek hafalannya. Pdhal yg dibuka Qur'an surat lain, tetapi yg dibaca lain.😂 Alhamdulillah ya Allah, dia memang hadiah yg Engkau kirimkan untuk kami.

.

.

Sebelum tdr selalu elus2 perut sy dan cium, lalu dia bilang "adek, kk Hijaz bobo dulu y, adek bobo juga ya. I love you adek". Mendengar itu, air mata saya hampir terjatuh. Saya peluk dia dan saya cium dan ucapkan I love you kaka Hijaz. MasyaAllah 😘😘😍

.

.

Semoga Allah mudahkan semua urusan kita. #ceritanik #jurnalhijaz #30HBC #30HBC1910 #30haribercerita #brother #happyfamily  @30haribercerita

Jan 2, 2019

Memperbaharui Niat

1/30

"Selamat datang 2019". Kataku dalam batin


Sudah berapa tahun hidup di dunia dikasih waktu ke Allah untuk memperbaiki diri tapi begini-begini aja. 

Sudah berapa lama Allah izinkan saya menjadi seorang Istri dari laki2 yg tak pernah terbayangkan bakal jd suami. Surga dan nerakaku ada di dia.  Sudah seshalihah apa saya untuknya?


Sudah berapa lama Allah izinkan saya menjadi seorang ibu. Yg katanya surga ada di telapak kaki ibu. Sudah seshalihah apa saya dimata anak-anak saya sehingga "pantas" bahwa surga ada di telapak kaki ibu? 

Sudah berapa lama saya menjadi hamba Allah, yg merasa tak pantas surga untukku dan merasa tak mau menyentuh neraka-Nya. .

.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

.

.

Diingatkan kembali bahwa apa yg kita lakukan selama ini karena Allah, untuk Allah semata. Ingat lagi untuk apa Allah ciptakan kita di muka bumi? Untuk apa menikah? Untuk apa Allah izinkan sy menjadi seorang ibu?

Tak lain kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya. Mari memperbaiki niat-niat yg mulai terkotori. Semoga Allah menjadikan hamba Allah yg lebih baik lagi bukan hamba yg merasa paling baik. 

Mengevaluasi lagi visi misi pernikahan yg telah dibangun. Mau dibawa kemana pernikahan dan keluarga ini. .

.

#ntms #30haribercerita #30HBC1901 @30haribercerita #evaluasi #newyear #2019