CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Aug 24, 2019

Kisah Hijrah Bapak


Sudah puluhan tahun bapak merantau di Jakarta. Sejak bapak lulus SMP. Dari Klaten, kampung bapak di lahirkan. Bapak berjuang untuk merantau ke Jakarta mengadu nasib dan berusaha memperbaiki perekonomian keluarganya.⁣
Dengan ijazah SMPnya, bapak mulai berkarir sebagai cleaning service di sebuah toko. Bapak mulai belajar fotografi dari temannya, hingga bapak mulai menjadi tukang foto keliling pada saat itu. ⁣
Dengan semangat bapak, bapak mencoba mengikuti ujian paket C supaya bisa melamar sebagai CPNS. ⁣
Bapak yg gigih, di terima sebagai satpam di sebuah kantor pemerintahan hingga bapak diangkat sebagai PNS. Meski sudah menjadi PNS bapak tetap harus mencari tambahan sebagai juru foto2 wisuda bila libur kerja.⁣
Karena belum paham tentang riba saat itu, bapak sering sekali berhutang untuk menghidupi keluarga kecilnya yang membuat gajinya habis tuk membayar hutang.⁣
Didikan yg keras dari orang tuanya, tak bs dipungkuri turun ke anaknya. Bapak mendidik kami sebagai anaknya dengan keras. Tak jarang sapu melayang  kalo saya dan mas saya bertengkar. ⁣
Awal saya tau ttg "inner child" bisa terbawa. Saat ini pun saya berjuang memaafkan semua didikan2 keras yg saya alami. Hingga saat ta'aruf pun sy sampaikan ke calon suami ttg masa kecil sy. Maka sy meminta kepada calon suami saya untuk bersabar ketika emosi sy meluap. ⁣
Alhamdulillah calon suami sy yg kini menjadi suami sy MasyaAllah Tabarakallah sabarnya tanpa batas. (Cerita selingan)⁣
Saya tak pernah menyalahkan mereka, karena bisa jd itu takdir yg Allah gariskan ke saya yg membuat saya belajar.⁣
Singkat cerita, saya mulai dewasa. Bapak mulai hijrah. Belajar lebih dalam tentang Islam. Tak jarang bapak sering sekali minta maaf kepada saya. ⁣
Bapak yang lebih memfokuskan ibadah. Bapak semakin dekat dengan Allah. Mulai meninggalkan rokok, nongkrong2 gak jelas, lebih rajin ke masjid, ikut2 kajian di masjid2. Pada tahun 2012 bapak dan ibu beranikan diri untuk mendaftarkan haji. ⁣
Bapak sudah tak terlalu berorientasi untuk dunia. Beli rumah pun memilih untuk dekat dengan masjid supaya masa pensiunnya tiba, ia mau habiskan untuk beribadah. ⁣
Ada penyelasan darinya, bapak cerita telat banget buat belajar dan menghafal Qur'an sehingga sekarang sulit tuk menghafal. Kalo sedang ngaji, beliau suka ngeluh salah terus. ⁣
Semakin bapak dekat dengan Allah, segala kemudahan itu bapak alami. Meski sempat dicemohkan oleh para tetangga. Saat itu Bapak pernah menjadi ketua mushola, pernah mengajak seorang ustadz untuk mengisi kajian, Qodarulloh beliau malah dituduh sesat karena tak yasinan, maulidan. Padahal semua ada dalilnya. Akhirnya bapak menarik diri.🙂⁣
Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)⁣
Pesannya mumpung masih muda, jangan males belajar. Jangan nyesel kayak bapak. 🙂

No comments:

Post a Comment