Awal tinggal di Saudi, salah satu tantangan besar adalah beradaptasi dengan lingkungan Internasional. Bertemu orang-orang dari berbagai negara dengan aksen Inggris yang berbeda-beda benar-benar pengalaman baru bagiku.
Aku dapat kesempatan jadi Volunteering di Sekolah TKS (The Kaust School). Cuma sekedar mau tau dan mau belajar. Aku terbantu oleh Istri seorang Indonesia yang menikah dengan wanita yg berwarga negara Australia. Aku mulai diperkenalkan guru-guru setempat dan mendengar beraneka ragam aksen bahasa Inggris.
Ternyata hal yang paling sulit adalah memahami aksen orang Australia. Logat mereka yang cepat, banyak memotong kata, dan suara yang seolah "meloncat-loncat" membuatku sering kebingungan. Aku ingat suatu hari seorang teman asal Australia mengatakan, "Howya goin'?" Aku diam sebentar, bingung. "Going where?" jawabku polos. Dia tertawa dan menjelaskan bahwa itu hanya berarti "How are you?"
Sebenarnya, ini bukan hanya soal aksen. Gaya bicara, pilihan kata, bahkan ekspresi tubuh mereka berbeda dari yang biasa aku temui. Teman-teman dari negara lain, seperti Inggris, Australia, atau Amerika, punya cara unik masing-masing dalam berbicara. Aku merasa seperti mendengar dialek yang berasal dari bahasa yang sama tetapi memiliki "rasa" berbeda.
Namun, meski sulit, aku belajar untuk tidak menyerah. Aku mulai mendengarkan mereka dengan lebih saksama. Kadang-kadang aku minta mereka mengulang atau menjelaskan arti sebuah frasa. Untungnya, mereka sangat sabar. Dalam proses ini, aku menyadari bahwa memahami aksen adalah soal kebiasaan dan keberanian untuk bertanya.
Seiring waktu, percakapan yang dulu terasa canggung berubah menjadi momen-momen menyenangkan. Aku mulai paham bagaimana berbicara dengan mereka tanpa terlalu merasa minder. Bahkan, aku merasa ini seperti latihan mendengarkan dialek yang berbeda, sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.
Hari ini, saat aku bertemu orang-orang baru dengan aksen unik, aku tersenyum dan berkata pada diri sendiri, Ini adalah kesempatan lain untuk belajar. Aku sadar, perbedaan dalam bahasa bukanlah penghalang, melainkan jembatan untuk saling memahami dan menerima satu sama lain.
Alhamdulillah
No comments:
Post a Comment