CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Nov 8, 2010

haji oh haji

Haji oh Haji..
Oleh: Firdaus Shaugie

Haji oh haji…
Celoteh seorang anak,,
“apa hayo yang kalo naek ga turun-turun? he,,?”
anak yang lain menjawab,
“naik keong”.. “hehe, salah..”  balas si penanya..
Sambut lainya (yang makin ngawur jawabanya),,
“naikita willy”,,
tertawa sang penanya sambil penasaran mikirin jawaban temanya tersebut,
“kenape? ko naikita willy?”,
“Hehe, coba dah, baru deket aje udeh naek ga turun-turun, apalagi udeh
naekin,” jawabnya.  Si penanya tertawa geli dan membalas;  “hahaha, dodol
luh pade, salah semue, jawaban yang bener ntuh naek haji, haehe” (jayus.com)

Haji oh haji….
Istilah “naik haji” didalam kebiasaan rakyat Indonesia memang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. “orang tuh belum dibilang terhormat kalo belum haji”. celoteh tukang ojek. Kalau di fikir-fikir, ada benarnya juga, bagaimana tidak, haji itu butuh banyak pengorbanan, disamping mahal harganya (ongkos berangkat, ongkos orang yang ditinggal haji, ongkos selametan, dan yang paling penting amplop buat penceramahnye, hehe, lahan jurusan PAI), haji juga dituntut untuk melakukan ritual yang menguras tenaga dan waktu.
Uniknya di Indonesia, kata “haji” menjadi titel atau gelar tersendiri dari nama seseorang yang telah pergi haji. Padahal Rasul dan sahabatnya telah haji berkali-kali, tapi tidak pernah diberi title H. Muhammad SAW atau H. Utsman Bin Affan r.a. hehe, yes this is onlay on Indonesiay (maaf, Cuma dapet 200 toafelnya).
Dengan title haji, orang bisa jadi terhormat, dengan titel haji, orang bisa jadi terpandang. Haji Mi’un, Haji Djait, Haji Kempet, Haji Firdaus (amien dong,,), dan banyak lagi haji-haji yang lain menjadi terhormat dengan gelar haji yang dipakainya, walau beberapa yang haji itu cuma lulusan SD, ga bisa adzan, ga bisa ngaji, ga bisa shalat, yang penting haji, jadi terhormat, masuk surga deh. Insya Allah. Begitulah pemikiran kebanyakan orang kita, dan mungkin inilah salah satu yang menjadi motivasi orang-orang untuk berangkat haji.
Haji oh haji…
Ditengah himpitan ekonomi yang mencekik, cabe yang mahal, minyak tanah yang udah 8rb seliter, sama sandal yang sudah putus (ape hubunganya ya??), 80 juta (ongkos + oleh-oleh buat tetangga) bagi kebanyakan orang seperti saya, dan anda yang membaca (maaf kalau tersinggung) adalah uang yang “luar biasa banyak”. Butuh waktu bertahun tahun bahkan setengah abad untuk bisa mengumpulkanya.
Ya, sekali lagi, bagi orang yang pas-pas-an (menengah kebawah per-ekonomianya), haji menjadi sebuah cita-cita yang sulit dicapai, penghasilan satu juta perbulan menjadi momok menakutkan. Ibarat lagu Rossa, “Bagaikan memeluk bulan, mencium bintang, ber-alaskan matahari, berkalungkan planet Merkurius.” (maaf, lebay).

Tapi, bukan orang Indonesia namanya, kalau menyerah begitu saja. Mulai dari menabung, membaca amalan-amalan, berziarah ke makam mbah-mbah, sampai jual kontrakan pasti akan dijalani, asal bisa naek haji. Berkata seorang Kyai “kalau mau cepet berangkat haji, abis Ashar baca deh surat Al-waqiah, abis maghrib surat Al-mulk ama Yasin, abis Isya Baca Al-kahfi (biar panjangan dikit), terus abis shubuh baca surat Al-fath, Insya Allah dah, nah tapi kalau belum keliatan bisa berangkat juga, terus pegimane?? Hehe, Baca dah surat Tanah, Insya Allah cepet. hehehe”.
Bagi orang yang sudah punya uang cukup, sehat wal-afiat, dan ada waktu, pasti akan punya banyak godaan dan jutaan alasan, “belum ada panggilan, saya mah”, “hah, dari pada buat pergi haji, mending ngawinin anak guah dulu dah”, “hah dari pada naek haji, mending buat beli’in motor anak guah dah”, “hah, dari pada naek haji, mending kawin lagi dah” dan banyak lagi halangan dan alasan untuk menunda bahkan lalai dalam menunaikan ibadah ini.
Selanjutnya, bagi orang yang duitnya banyak, (Artis, pejabat, dosen dll, hm, dosenye dicoret deh, hehe) naek haji bukan menjadi barang mewah lagi, naek haji (walau haji kecil, yang penting haji judulnya) bisa dijadikan rekreasi liburan semester anak. Oh, ya no problemo. Tapi kalau haji nya dijadikan alat “pencitraan” diri, oh may khumaeyroh, miris rasanya.
Yah, uang, syarat utama, siapa yang punya, bebaslah ia, mau dia koruptor, mau dia artis kaya Maryati Ozawa, semua bisa. Betul, artis!. mulai dari penyanyi religi, sampai ke artis yang jual body, mulai dari pemain film si Doel yang punya Oplet, sampai film horror yang bintangnya Julia Pe*** (ups, maaf salah sensornya),  semuanya bisa naek haji, masuk infotainment, lalu diwawancarai, “Do’akan saya ya, semoga mabrur, hehehe”, habis pulang haji, kembali lagi deh, bukan hajinya yang mabrur, tapi androknya yang mabur.

Haji oh haji…
Siapa yang niat kesana, Allah kan mudahkan ia. Jangan lah berputus asa karna petolongan Allah masih terbuka (syair lagu Qasidah, hehe).
“…dan karena Allah, Wajiblah atas manusia melaksanakan haji ke Baitullah, yaitu bagi yang mampu melakukan perjalanan kesana”(Qs Al-Imran:  97)
Bagi yang sudah punya, janganlah engkau tunda. Ajal manusia siapa yang tau? mungkin besok atau lusa, bisa saja. Dari pada menyesal akhirnya, lebih baik langsung daftar ke KUA, eh departemen Agama.
Barangsiapa bermaksud melaksanakan ibadah haji, hendaklah ia segerakan, sebab, mungkin akan terjadi sakit, kendaraan hilang, atau ada kebutuhan lain” (HR. Al-Baihaqi dan Ibn Majah).
Bagi yang banyak uangnya, sudah pernah dan masih ingin kawin eh haji lagi, ingatlah sekeliling (sekeliling maksudnya yang seperti saya, hehe), jangan sampai engkau pergi haji berkali-kali tapi sedekah tak pernah kau lakoni. Haji itu cukup sekali saja, kalau bisa dua atau sepuluh kali maka itu sunnah hukumnya.
Ibn Abbas r.a berkata: Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami dengan sabdanya: hai sekalian manusia, telah diwajibkan haji atas kamu. Al Aqraa ibn Haris bertanya: Apakah haji itu setiap tahun, ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab: sekiranya kukatakan “ya” tentulah haji itu menjadi wajib setiap tahun, dan sekiranya diwajibkan demikian, kamu tidak akan melaksanakanya, lagi pula kamu tidak akan sanggup. Ibadah haji itu sekali saja. Siapa yang menambahinya akan menjadi sunat baginya” (HR. Ahmad, Abu dawud dari Ibn Abbas)

Haji oh haji…
            Haji oh haji, rukun Islam ke-lima yang dari TK kita sudah menghafalnya. Haji oh haji, yang tiap tahun kita dapat sejadah dari tetangga atau saudara yang berangkat kesana.
Haji oh haji, semoga kita, juga ayah, ibu, paman, bibi, engkong, nyai, kakak, adik, istri, anak, cucu-cucu, dosen, murid, dan tukang bakso yang lewat rumah kita bisa melaksanakanya juga,
Amin ya rabbal alamin.  Wallahu a’lam bi shoab :)

No comments:

Post a Comment