Kekasihku, sungguh tak
terasa sudah genap satu bulan usia pernikahan kita. Sangat jelas di
dalam memori bahwa setiap detik pada hari itu berlangsung dengan sangat
sakral, seolah-olah tidak ada momentum lain yang lebih dahsyat darinya.
Setiap detiknya sangat bermakna, membekas sangat dalam bagi setiap insan
yang hadir karena Allah memberikan rezeki kepada kita berupa pernikahan
di waktu yang mulia sehingga bisa dilaksanakan dengan sangat khidmat.
Tak sedikit pula yang merasa syahdu kala itu.
Alhamdulillah kita bersyukur, prosesi akad nikah yang sederhana dan berkumpul berbagai macam kebaikan di dalamnya. Kita ingat akan ikatan nikah yang kita langsungkan pada 29 Juli 2013 lalu, tepat pada malam 21 Ramadhan 1434H. Di bulan yang baik; di tanggal yang baik; di hari yang baik yaitu hari Senin; di waktu yang baik yaitu ba’da shalat Ashar di mana terjadi pergantian malaikat yang menjaga siang dan malam serta melaporkan apa-apa yang sedang dikerjakan makhluk-Nya, telah aku terima engkau sebagai bagian dari tanggung jawabku. Sejak saat itu, segala kebaikan dan dosamu telah berpindah dari pundak ayahmu ke pundak suamimu. Hujan gerimis pun turut mengawali acara perjanjian suci kita. Semoga doa para sahabat dan handai taulan untuk kita diijabah oleh Allah SWT karena pada saat itu mereka dalam kondisi sedang berpuasa Ramadhan hingga mereka juga berbuka puasa bersama-sama dengan kita.
Kedua insan tersebut sadar bahwa betapa luar biasanya kekuasaan Allah SWT Sang Kholiqul Alam. Betapapun kita memiliki impian, namun bilamana Al ‘Aziz tak berkehendak maka kita pun tak bisa berbuat sedikitpun. Kini sebuah modal awal sudah kita miliki, yaitu menikah telah menyempurnakan agama kita yang menjadi bekal darma bakti kepada agama dan orang tua kita. Pintaku padamu, jangan pernah kau lupakan doamu kepada Rabb-mu agar senantiasa memberikan bimbingan-Nya, menerangi jalan kita dan tetap menyatukan kita dalam kondisi lapang maupun sempit. Engkau kuterima dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, begitu pun kuharap sebaliknya darimu. “….bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (An Nisa: 19)
Kekasihku, kita sadar bahwa kita adalah hamba yang tidak sempurna, penuh dengan kekurangan, maka oleh karena itulah kita diciptakan untuk saling melengkapi. Namun demikian, kita telah berkomitmen untuk terus belajar saling memperbaiki diri dan rumah tangga kita sehingga kelak kita menciptakan rumah tangga yang bagai sepenggal surga di dunia ini, sebuah tempat yang nyaman sehingga membuat kita dan anak-anak kita kelak bersemangat dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. “Perbaikan, Perbaikan, Perbaikan”, begitu tausiyah yang dipesankan kepada kita saat khutbah nikah.
Suku bangsa bukanlah lagi menjadi batas di antara kita, kini aku adalah kaki kanan dan engkau kaki kiriku. Ke manapun kita akan selalu melangkah bersama. Ketika kaki kanan di depan maka engkau berada di belakangku dan begitu pun sebaliknya, ketika aku di belakang maka akan ada saatnya aku butuh engkau di depanku. Sampai kapanpun kaki kanan dan kiri akan selalu saling membutuhkan, saling melengkapi sehingga rumah tangga yang kita cita-citakan bisa kita wujudkan.
Belum banyak waktu yang kita habiskan bersama karena aku harus meninggalkanmu sementara untuk menuntut ilmu. Dua minggu pasca menikah bersamamu adalah masa yang terlalu cepat buat aku mengenalmu seutuhnya, namun untuk masa-masa ini kita harus berpisah untuk sementara. Ku yakin bahwa engkau selalu berdoa di setiap akhir malammu untuk kebaikan atasku. Semoga Allah segera kumpulkan kita kembali, bersama-sama mewujudkan rumah tangga yang kita impikan sampai bidadari cemburu padamu, wahai isteriku yang shalihah. :)
karya : Wandi Wahyudi
http://www.aniksofiyah.wandiwahyudi.com/
Alhamdulillah kita bersyukur, prosesi akad nikah yang sederhana dan berkumpul berbagai macam kebaikan di dalamnya. Kita ingat akan ikatan nikah yang kita langsungkan pada 29 Juli 2013 lalu, tepat pada malam 21 Ramadhan 1434H. Di bulan yang baik; di tanggal yang baik; di hari yang baik yaitu hari Senin; di waktu yang baik yaitu ba’da shalat Ashar di mana terjadi pergantian malaikat yang menjaga siang dan malam serta melaporkan apa-apa yang sedang dikerjakan makhluk-Nya, telah aku terima engkau sebagai bagian dari tanggung jawabku. Sejak saat itu, segala kebaikan dan dosamu telah berpindah dari pundak ayahmu ke pundak suamimu. Hujan gerimis pun turut mengawali acara perjanjian suci kita. Semoga doa para sahabat dan handai taulan untuk kita diijabah oleh Allah SWT karena pada saat itu mereka dalam kondisi sedang berpuasa Ramadhan hingga mereka juga berbuka puasa bersama-sama dengan kita.
Kedua insan tersebut sadar bahwa betapa luar biasanya kekuasaan Allah SWT Sang Kholiqul Alam. Betapapun kita memiliki impian, namun bilamana Al ‘Aziz tak berkehendak maka kita pun tak bisa berbuat sedikitpun. Kini sebuah modal awal sudah kita miliki, yaitu menikah telah menyempurnakan agama kita yang menjadi bekal darma bakti kepada agama dan orang tua kita. Pintaku padamu, jangan pernah kau lupakan doamu kepada Rabb-mu agar senantiasa memberikan bimbingan-Nya, menerangi jalan kita dan tetap menyatukan kita dalam kondisi lapang maupun sempit. Engkau kuterima dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, begitu pun kuharap sebaliknya darimu. “….bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (An Nisa: 19)
Kekasihku, kita sadar bahwa kita adalah hamba yang tidak sempurna, penuh dengan kekurangan, maka oleh karena itulah kita diciptakan untuk saling melengkapi. Namun demikian, kita telah berkomitmen untuk terus belajar saling memperbaiki diri dan rumah tangga kita sehingga kelak kita menciptakan rumah tangga yang bagai sepenggal surga di dunia ini, sebuah tempat yang nyaman sehingga membuat kita dan anak-anak kita kelak bersemangat dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. “Perbaikan, Perbaikan, Perbaikan”, begitu tausiyah yang dipesankan kepada kita saat khutbah nikah.
Suku bangsa bukanlah lagi menjadi batas di antara kita, kini aku adalah kaki kanan dan engkau kaki kiriku. Ke manapun kita akan selalu melangkah bersama. Ketika kaki kanan di depan maka engkau berada di belakangku dan begitu pun sebaliknya, ketika aku di belakang maka akan ada saatnya aku butuh engkau di depanku. Sampai kapanpun kaki kanan dan kiri akan selalu saling membutuhkan, saling melengkapi sehingga rumah tangga yang kita cita-citakan bisa kita wujudkan.
Belum banyak waktu yang kita habiskan bersama karena aku harus meninggalkanmu sementara untuk menuntut ilmu. Dua minggu pasca menikah bersamamu adalah masa yang terlalu cepat buat aku mengenalmu seutuhnya, namun untuk masa-masa ini kita harus berpisah untuk sementara. Ku yakin bahwa engkau selalu berdoa di setiap akhir malammu untuk kebaikan atasku. Semoga Allah segera kumpulkan kita kembali, bersama-sama mewujudkan rumah tangga yang kita impikan sampai bidadari cemburu padamu, wahai isteriku yang shalihah. :)
karya : Wandi Wahyudi
http://www.aniksofiyah.wandiwahyudi.com/
No comments:
Post a Comment