Shalat adalah komunikasi seorang hamba dengan Rabb-nya
secara langsung. Ketika shalat tidak ada sekat yang membatasi seseorang
untuk bertemu, berdialog, dan mengungkapkan segenap perasaannya kepada
Zat Yang Mahasuci. Tidak perlu perantara maupun status yang tinggi untuk
berdialog dengan-Nya. Walau kita seorang pendosa besar, rakyat jelata,
atau orang yang miskin, Allah akan tetap menerima kehadiran sang hamba
dalam shalat dengan “tangan terbuka”. Inilah yang dimaksud shalat
sebagai bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dan Tuhannya.
Tapi
sangat disayangkan bila shalat hanya dijadikan sebagai ibadah rutin
yang dilakukan dengan terpaksa, yaitu oleh sebagian Umat Islam yang
melaksanakan shalat sebatas untuk menunaikan kewajiban, bukan sebagai
kebutuhan. Mungkin bila shalat tidak diperintahkan sebagai ibadah wajib,
pasti mereka tinggalkan. Shalat yang tersiksa, seakan-akan saat adzan
memanggil untuk shalat, kita seringkali berada dalam kondisi tertekan
dan tersiksa. Shalat dirasakan sebagai sesuatu hal yang mengganggu
aktivitas kehidupan kita. Shalat yang tergesa-gesa seakan tak adanya
kekhusyukan dalam shalat, maka yang terlintas dalam diri kita bagaimana
menyelesaikan shalat dengan cepat. Na’udzubillah
Bagaimana perasaanmu bila kamu diundang oleh Presiden/Raja? Bahagia bukan? Mungkin kamu akan sulit tidur, mungkin kamu akan menyiapkan pakaian yang pas untuk bertemu dengan Presiden/Raja dan bahkan kamu bakal menyiapkan kata-kata yang pas saat berdialog dengan pemimpin Negara. Iya bukan? Bagaimana bila kamu diundang oleh Allah SWT dengan kumandang adzan? Dia undang tanpa pilih kasih, Dia undang dengan “tangan terbuka” tanpa melihat dosa dan tingkah laku yang kita perbuat. Bagaimana kondisi kita saat berhadapan dengan Presidennya Para Presiden, Rajanya para raja, Dia yang menciptakan seluruh alam ini, beserta isi-isinya. Tabaarakalloh, Maha Mulia Dia, Dzat Yang Sebaik-baik Pencipta.
Firman Allah Azza Wajalla, “Sungguh bahagia orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang di dalam shalat mereka khusyuk.” (QS Al-Mu’minun [23]: 1-2).
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepadanya”. (QS. Al-Baqarah: [2]: 45-46).
Rasulullah
SAW memberikan kiat-kiat agar shalat khusyuk. mengingat kematian ketika
dalam shalat. Sabda Rasulullah SAW, “Ingatlah kalian terhadap mati
ketika dalam shalat. Sesungguhnya seseorang yang ingat mati dalam
shalat, ia akan memperbaiki shalatnya. Jika tidak mengingat kematian
diri kalian, niscaya urusan duniawi akan mengganggu konsentrasi shalat
kalian.” (HR Ad-Dailami)
Dalam beribadah, seyogianya kita
mengingat akan mati di esok hari agar semua ibadah kita terasa khusyuk.
Sebaliknya, jika dalam urusan dunia hendaklah kita seakan-akan hidup
untuk seribu tahun, agar khusyuk dalam bekerja. Rasulullah SAW telah
memerintahkan kepada kita agar khusyuk dalam shalat. Karena dialog
interaktif antara kita dan Sang Khalik dapat menghasilkan pahala yang
memuaskan. Beliau bersabda, “Apabila salah seorang dari kamu sekalian
sedang melaksanakan shalat, sebenarnya ia sedang berdialog dengan
Tuhannya. Maka, perhatikanlah bagaimana cara berdialog itu?” (HR Imam
Hakim).
Hadirkanlah niat yang ikhlas sebelum menunaikan shalat dan perlu kita resapi arti dari doa-doa yang kita ucapkan, bayangkan jika kita mati, amalan apa yang kita punya? Sungguh sangat kurang amalan yang kita peroleh, jangan pernah merasa bahwa diri kita adalah manusia yang paling suci. Mohon ampun sebesar-besarnya kepada Allah. Sadari bahwa seluruh bagian dari jasad dan jiwa kita adalah milik Allah SWT. Dan suatu ketika nanti akan kembali kepada-Nya. Wallahu’alam bish-shawab.
by : Anik Sofiyah
Terbit di Dakwatuna tanggal 01 Sepetember 2014.
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment