Hujan deras membuat saya dan isteri saya berteduh di rumah sederhana. Hari
itu saya baru saja mengantarkan isteri saya memeriksa kandungan yang telah
memasuki minggu ke-30.
Tiba-tiba terdengar suara dari teras rumah. “Dek, masuk aja kesini nanti
disitu basah.” Ujar seorang ibu yang tak muda lagi bersama suaminya.
“enggak bu, terima kasih” ucap saya dengan penolakan halus.
“udah gapapa, kasian tuh isterinya lagi hamil besar.” Ucap sang ibu.
Akhirnya kami putuskan untuk duduk bersama mereka.
“Adek-adek ini namanya siapa? Dan dari atau mau kemana?” Tanya si bapak.
“Saya Fahmi dan ini isteri saya Zahra. Kami habis periksa kandungan istri saya
pak di bidan Kiki”. Jawaban saya kepada mereka.
“Ooo anak keberapa ini?” Tanya si ibu.
“Anak pertama bu,pak Alhamdulillah”. Jawab isteri saya
“Maaf kalo boleh saya tau Bapak dan ibu tinggal berdua aja disini? Soalnya
rumahnya sepi sekali”. tanya saya.
“Iya kami Alhamdulillah dikaruniai 7
anak dan Alhamdulillah mereka sudah memiliki keluarga masing-masing. Anak kami
menawarkan untuk tinggal bersama mereka tapi saya tak mau karena saya ingin
menikmati masa tua saya bersama si cinta isteri saya dan biarlah mereka menikmati
keluarga kecil mereka. Ya walo kadang saya kangen tapi ya begitulah kehidupan
lambat laut akan satu per satu tiada.” Jawab bapak.
“Maaf pak dan bu kalo boleh tau ibu dan bapak usianya berapa ya kok
terlihat seperti masih muda dan gagah sekitar usia 60an.” Tanya isteri saya
kepada mereka sambil tersenyum manis.
“Hehe usia saya tahun ini sudah menginjak 80 tahun dan isteri saya 76
tahun.” Ucap bapak.
Masya Allah.. seketika kami
berbarengan kaget.
“Kalau boleh tau apa tipsnya sepertinya ibu dan bapak bahagia, harmonis
sekali padahal usia bapak dan ibu tak lagi muda”. Tanya saya
“Keberkahan dek.. keberkahan.. keberkahan yang kami dapat hasil
membahagiakan orang tua kami. “bahagiakan orang tuamu maka kau akan bahagia”.
Meski kalian sudah menikah jangan pernah lupakan kedua orang tua kalian walau
keluarga kalian juga sedang berkekurangan harta. Bahagiakan mereka terlebih
dahulu. Itu yang kami lewati selama menjalankan pernikahan kami menginjak 53 tahun
pernikahan.
Saya ini terlahir dari kelurga yang tidak mampu, bapak saya buruh yang
sakit-sakitan dan ibu saya hanya ibu rumah tangga. Ibu saya memiliki 5 anak
yang harus dia rawat. Kalau bapak sedang kambuh, ibu saya seperti merawat 6
anak dan harus mencari makan untuk kakak saya, saya dan adik-adik saya. Ibu
saya harus berhutang sana-sini untuk menghidupi keluarga, karena ibu yang tak
berijasah dan tak punya pekerjaan hanya mengandalkan hasil panen jual kacang
panjang yang ia jual di depan rumah.
Capek dek jadi orang miskin, dihina direndahkan. Saya memiliki dua kakak
dan satu persatu kakak saya mulai berkerja. Beliaulah yang membantu kami walau
tak banyak. Dan saya bertekad tuk berusaha mengangkat derajat keluarga bukan
dengan harta tapi dengan ilmu. Alhamdulillah sejak SD- saya S3 saya mendapatkan
beasiswa sehingga uang beasiswa bisa menghidupkan keluarga saya ini. Ketika saya
lulus S2 saya memutuskan menikah dengan gadis yang kebetulan adalah adik dari
sahabat kecil saya. Saya memilihnya karena saya mengagumi bagaimana dia
berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Saya izin kepada orang tua saya tuk
menikahinya walau hanya sederhana dan saya sangat bersyukur si cinta ini dengan
keluarganya mau dengan saya. Kami memang tidak melewati pacaran saya hanya
ingin menghidari zina dan saya beranikan diri untuk datang menemui ayah si
cinta ini. Memiliki visi dan misi menikah yang sama. Saya beruntung sekali
memiliki isteri seperti cinta yang rela berbagi harta yang saya dapat untuk
membantu kedua orang tua saya. Setelah menikah saya lanjut S3 dengan beasiswa
di kampus yang bonafid di Saudi Arabia. Meski beasiswanya cukup besar tapi saya
harus berbagi dengan keluarga besar saya dan keluarga kecil saya. Saya ingat
betul pada saat itu saya bertekad untuk mengobati bapak saya yang buta karena
katarak. Tapi ternyata Allah berkehendak lain, saraf mata bapak sudah tidak
bisa disembuhkan karena katarak yang sudah menua. Sedih rasanya bagaimana lagi
saya harus membahagiakan mereka sedangakan usia bapak saya sudah menginjak 70 tahun
pada saat itu. Akhirnya saya dan si cinta memutuskan tuk mengundang mereka ikut
ke Saudi Arabia tuk menjalankan umroh bersama. Setidaknya bapak saya tetap
senang walo sedikit kecewa karna matanya yang sebelah tidak bisa digunakan
lagi. Sejak itu keberkahan-keberkahan itu muncul mulai istri saya melahirkan
tanpa bayar sepeser-pun, asi istri saya bisa keluar sebelum bayi itu lahir,
ketika dipesawat bapak gak kambuh padahl bapak saya bisa batuk berdarah bila terkena
dinginnya AC, dan ketika itu di titik saya tak punya uang lagi dan saya harus
membelikan tiket pulang pesawat mereka. Allah Maha Kaya de saya memenangkan
hadiah tiket ke Barcelona selama dua hari dari bank dimana saya menabung. Dan
karena saya sedang butuh uang, saya sampaikan pada pihak bank, bisakah
hadiahnya ini di uangkan dan Alhamdulillah bisa. Ahhh masi banyak lagi
keberkahan-keberkahan yang saya dapat dek, saya percaya semua itu berkat
doa-doa orang tua dek yang ibu dan bapak saya ucapkan ketika saya dan istri
saya berpamitan atau sedang menghubungi mereka via video call diakhir obrolan.
Pernikahan
itu bukan hanya kamu dan istri kamu yang menikah tapi keluargamu dan keluarga
isterimu, maka bahagiakan mereka.
Bila kamu telah menikah, jangan pernah busungkan
dadamu dihadapan isterimu. Bukankah baginda Rasul sangat memuliakan isterinya?
Jangan lupa bahagiakan isterimu. Bisa jadi doa isterimulah yang membuat kamu
sukses.
Bila kamu telah menikah, dan kamu dikaruniai anak,
bisa memiliki rumah dan mobil itu semua bukan patongan sebuah keberkahan
berumah tangga. Keberkahan itu ketika kalian bersyukur apa yang telah didapat,
terutama isteri qonaah dengan apa yang telah suami dapatkan dari apa yang telah
ia ikhtiarkan.
Dan perlu diingat kamu sebagai pemimpin dalam
keluarga, bimbing anak dan isterimu jangan pernah kejar dunia, karena dunia ini
fana kita hanya singgah yang kelak kita akan berpisah. Bimbinglah keluargamu
tuk terus bahagia dan tanamkan ke mereka
tuk sehidup sesurga. Wah saya jadi cerita panjang nih.” Ujar bapak
“Gapapa pak. Wah
niatnya berteduh malah dapat motivasi dalam berumah tangga nih. Kami pamit ya pak bu hujannya sudah reda.
Maaf nih kelamaan jadinya”.Ucap saya kepada mereka.
“Tidak apa dek, kami senang berbagi cerita supaya bisa
membahagiakan orang tua mereka, kapan-kapan main kesini lagi ya”. Ucap bapak
dan ibu.
“Kami pamit ya pak, bu “Assalamu’alaikum””.Ucap kami
“Wa’alaikummusalam”. Balas mereka
***
“Mas, kok ceritanya hampir sama ya sama yang dialami
kita”. Kata isteri kepada saya.
“Iya ya say, Mudah-mudahan keluarga kita terus penuh
keberkahan ya sayang. Kamu yang sabar ya.. kapan lagi kita membahagiakan mereka,
selagi mereka masi ada”. Balas saya kepada isteri.
***
No comments:
Post a Comment