Awal pernikahan kami adalah awal perjalanan yang penuh tantangan. Seminggu setelah menikah, aku dan suami harus menjalani Long Distance Mariage. Karna suami harus menjalani orientasi di kampusnya sedangkan aku masih menunggu visa. Kami bertemu kembali setelah 4 bulan berpisah. Pertengahan Desmber 2013 aku merantau ke Saudi. Dan ini pertama kalinya aku merantau jauh dari ibukota.
Meski tinggal di Arab Saudi, lingkungan kami tinggal menggunakan bahasa Inggris. Sebagai seorang istri baru di lingkungan asing, dengan kemampuan bahasa Inggris yang sangat terbatas, aku merasa seluruh dunia ini terlalu besar dan asing. Dan satu-satunya tempat aku merasa aman hanyalah di sisi suami.
Aku sangat bergantung padanya—untuk hal besar maupun kecil. Dari berbelanja, berkomunikasi, hingga sekadar meminta arahan. Rasanya, tanpa dia, aku seperti anak kecil yang tersesat di keramaian.
Tapi seiring berjalannya waktu dan aku mendengar sebuah kajian, beliau berkata : "Sebagai istri, kita memang wajib taat dan mendukung suami. Tapi jangan pernah menggantungkan seluruh hidupmu padanya. Dia adalah manusia yang terbatas, sama seperti kita. Dan hanya Allah yang pantas menjadi sandaran sejati."
Kata-katanya menamparku. Meski hanya mengandalkan komunikasi tapi aku harus bisa sendiri. Karna suami gak akan selamanya bersamaku.
Aku mencoba berubah. Aku mulai belajar lebih banyak—beradaptasi dengan lingkungan, memperbaiki bahasa Inggris, dan mencoba berdiri lebih mandiri. Dan abang memang selalu "melepasku" bukan karna tak ingin pergi bersama. Dia ingin istrinya belajar mandiri. Dari dulu memang suamiku berusaha mengajarkanku untuk lebih mandiri di sini.Dan dia tau istrinya bisa melakukannya hanya saja butuh kepercayaan diri yang lebih.
Awalnya berat, karena aku terbiasa bergantung. Tapi perlahan, aku merasa lebih kuat. Alhamdulillah sekarang aku bisa menghandle apapun sendiri. Dulu urusan telephone dengan orang asing aja, aku bisa keringat dingin. Aku lebih sering menghindar klo bertemu asing ketika sama-sama menunggu. Alhamdulillah atas izin Allah, aku bisa lebih percaya diri meski bahasa inggriku tidak terlalu mahir.
Sejak itu, Aku melihat suamiku sebagai partner, bukan penyelamat. Kami saling mendukung, saling menguatkan, tapi pada akhirnya, kami sama-sama harus terus mengingat bahwa hanya Allah yang Maha Menguatkan dan tempat berserah.