Hijrah mengajarkan banyak hal, tapi salah satu pelajaran terbesar yang aku dapat adalah: jangan pernah menggantungkan harapan sepenuhnya pada manusia.
Dulu, sebelum benar-benar memahami, aku sering berpikir bahwa kebahagiaan itu datang dari orang lain—dari teman, keluarga, bahkan pasangan. Tapi semakin aku belajar, semakin aku menyadari, manusia itu terbatas. Sekalipun orang itu sangat baik, dia tetap punya kelemahan.
Aku ingat, pernah suatu hari aku kecewa pada suamiku. Saat itu, aku marah, sedih. Tapi kemudian aku berpikir, "Kenapa aku menggantungkan kebahagiaanku pada dia? Bukankah dia juga manusia biasa yang punya keterbatasan?"
Aku membuka Al-Qur'an dan menemukan ayat yang membuatku merenung dalam:
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal." (QS. At-Taubah: 129).
Di titik itu aku sadar, Allah sedang mengingatkanku untuk bergantung pada-Nya. Bukan berarti kita tidak boleh mencintai atau berharap pada pasangan, tapi harapan tertinggi itu hanya pantas ditujukan kepada Allah.
Sekarang, setiap kali merasa kecewa, aku berusaha mengingat bahwa pasangan kita juga manusia biasa. Mereka bisa berbuat salah, bisa lupa, atau bahkan tidak mampu memenuhi harapan kita. Dan itu tidak apa-apa. Karena tugas kita bukan menuntut kesempurnaan dari mereka, tapi saling mendukung untuk menjadi lebih baik.
Lagi pula, jika kita terlalu bergantung pada manusia, kita hanya akan lelah sendiri. Tapi ketika kita bersandar pada Allah, Dia yang akan menguatkan hati kita. Karena hanya Dia yang tidak pernah mengecewakan.
Jadi, untuk diriku sendiri dan siapa pun yang membaca ini, mari belajar untuk mengurangi ekspektasi kepada manusia. Fokuslah pada bagaimana kita bisa menjadi pasangan, teman, atau sahabat yang lebih baik. Dan percayalah, ketika kita menyerahkan segalanya kepada Allah, Dia akan mengganti segala kekurangan manusia dengan cinta dan ketenangan yang sejati.
No comments:
Post a Comment