CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sep 27, 2018

Kita adalah Tim


Tahun ini adalah tahun ke-5 pernikahan kami. Dan di Tahun ke-5 juga kami tinggal di perantauan.
Merantau mengajarkan kami kompak. Sebuah tim yang saling tolong-menolong. Satu tahun pertama mungkin belum terlalu terasa karena kami belum diberi momongan. Kami percaya Allah tau yang terbaik. Tahun pertama, hampir 70% beasiswa suami dikirim ke Indo untuk keluarganya. Sampai-sampai saya ingat di kulkas hanya ada telur 1kg. Alhamdulillah kami tidak sampai bisulan karena makan telor terus untuk penghematan. Mulai telor didadar, di balado, di semur. Pokoknya tahun itu menjadi perjuangan pertama kami. kenapa ga makan mie? Suami saya ga suka Indomi*. Menurutnya itu ga sehat dan telor disini 1kg itu 30sar. Meski begitu Alhamdulillah kami bisa jalan-jalan ke Turki dan Haji. Qodarullah mungkin itu yang dinamakan keajaiban sedekah. 

Setelah melahirkan anak pertama kami tanpa ada orang tua atau kerabat yang membantu, membuat kami semakin kompak, bahkan kami sama-sama kompak  panic saat Hijaz nangis gak jelas saat masa-masa  satu bulan pertama. Abang bersedia menjadi ayah asi, mau berbagi peran membantu saya, bangun ketika saya bangun.
Merantau mengajarkan kami juga tidak bergantungan dengan asisten rumah tangga atau jasa cleaning. Saya tidak suka orang asing masuk dan berlama-lama di rumah untuk membersihkan rumah. Kami membagi tugas. Kami punya jobdes masing-masing. Biasanya abang cuci piring. Semua bersih-bersih rumah kita bagi tugas. Waktu hijaz masih bayi dibawah satu tahun. Saya hanya jagain Hijaz. Sekarang hijaz sudah dua tahun terkadang ia sudah bisa membantu kami, meski malah jadi berantakan. Hehe
Setelah Hijaz enam belas bulan, Allah kasih kesempatan lagi untuk belajar di Kindergarten bareng Ms. Fabi. Alhamdulillah meski melalui istikharah panjang, abang  memang selalu  meridhoi dan tak pernah membatasi saya mengupgrade diri. Memang seperti mimpi pernikahan kami, bahwa pernikahan  tak membatasi kami menggapai mimpi. Bermanfaat untuk orang lain dengan cara yang berbeda-beda. Setelah saya menjadi working mom, tantangan kami makin panjang. Terlebih ketika Hijaz jatuh sakit. Huhu sedih rasanya. Masya Allah saya salut sama beliau, beliau bisa menjaga Hijaz sampai dua hari ketika Hijaz sakit. Karena beliau Mahasiswa waktunya lebih fleksibel dibanding saya yang kerja di Sekolah yang untuk perizinan agak berat. Hingga hari ketiga Hijaz sakit yang harusnya jatah saya yang menjaga Hijaz, Hijaz harus dirawat di RS Jeddah. Lagi-lagi kami melewati berdua. Alhamdulillah terlewati.
Bener sih yang abang bilang. Sudah lima tahun kita menikah tapi rasanya baru dua tahun. https://aniksofiyah.blogspot.com/2018/06/5-tahun-pernikahan.html 
Sekarang saya sedang hamil adiknya Hijaz, (mohon doanya) kehamilan yang berbeda saat hamil Hijaz. Saya terlihat sehat tapi ketika malam tiba, setelah makan malam saya mengalami muntah yang dahsyat. Bahkan saya sampai pahit sekali rasanya. Kehamilan yang berbeda, membuat saya belajar bahwa kelak setiap anak itu berbeda-beda karakter.  Semoga kami menjadi orang tua yang adil dan bijak.
Kita ini tim bagikan pohon yg sedang tumbuh. Dari sebuah pernikahan, saya belajar menurunkan keegoan yang saya miliki. Karena tidak ada lagi kata gw-gw| elu-elu | sekarang berubah menjadi "Kita". Kita melewati bersama suka maupun duka.
Kita sebuah tim yang saling melengkapi dan menguatkan dikala yang lain rapuh.
Kitapun kini menjadi "orang tua". Yang kelak Allah akan tanyakan tentang amanah yang  Dia berikan ke kita. Maka bukan cuma aku yg mendidikannya tapi kitalah berdua mendidik dan membesarkannya bersama.
Terima kasih tim. Tantangan kita masi banyak. Layaknya menanam pohon, mungkin pohon kita, masi pohon yg muda dan masih berproses dalam tubuh. bagaimana kita saling menguatkan bila pohon kita sedang terkena angin kencang, kita menikmati prosesnya, jangan lupa berdzikir dan berdoa. Semoga kita bs menjadi pohon yg rindang, yg menghasilkan buah2 yg memberi manfaat dan penuh berkah. 

No comments:

Post a Comment