CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Feb 25, 2019

Ceritanik tentang VBAC adek Hamim : A miracle from Allah (part 1)

Bismillah

Setelah melahirkan Hijaz hampir tiga tahun yang lalu melalui proses caesar. Kehamilan kedua ini berharap saya bisa normal. Dengan alasan, saya dan suami tidak ada yg membantu (orang tua kami) tidak bisa menemani kami. Dari awal melahirkan Hijaz pun, saya dan suami yg berjuang bersama. Iya selain kami memiliki pikiran "sufah cukup mereka kita repotkan ketika kami kecil, jangan ditambah buat mengurusin cucu". Meski pada dasarnya mereka pasti bahagia ngurus cucunya. Selain itu, saya pribadi tidak suka setelah melahirkan "direcokin dengan segudang mitos-mitos zaman dulu". 😊


Lanjut..

Berusaha melahirkan normal setelah caesar disebut VBAC (vaginal birth after C-section). Berharap saya cepat recoverynya. Tetapi, harus percaya bahwa kita sebagai manusia hanya bisa berusaha. Selebihnya Allah-lah yanh berkuasa. 

Setelah memasuki kehamilan 36 minggu, dokter menyarankan untuk rajin jalan. Karena vbac harus melalui kontraksi yang alami (tanpa suntik). Bismillah saja, abang pun menyemangatin yang penting kita sudah ikhtiar. 

Memasuki kehamilan 37 minggu setiap malam saya merasakan kram perut (kontraksi palsu), yg membuat saya tak bisa tidur. Hingga pagi harinya harus konsultasi ke dokter kandungan (ob/gyn). 


Pada tangga 11 Februari, hari itu saya mengunjungi ke dokter yg berbeda karena dokter yg biasa saya kunjungi baru ada siang sedangkan, saya khawatir dengan adek yg saya kandung.

Ternyata Dokter ini panik, tanpa CTG (Alat meriksa kontraksi) saya langsung ditransfer ke RS Jeddah dengan ambulan. Yang jaraknya kurang lebih 1jam bila naik ambulan. Dokter ini bilang bahwa saya sudah pembukaan 2. Setiba di RS Jeddah, saya di tolak. Karena tidak ada kontraksi dan pembukaan saya masi 1. Huff (husnuzon suruh minum cendol dulu nih) 😄


Pulanglah kami ke kaust lagi, dokter yg biasa kami konsultasi pun menelpon saya dn menanyakan kabar. (MasyaAllah ni dokter care banget)

2 hari setelah kejadian, sy mengunjungi dokter yg biasa saya konsul. Beliau bilang blm ada perubahan. Masih opening 1, aku bisa pulang. 

Tiba 17 Februari dini hari, saya merasakan kontraksi (ada yg mendorong). Pukul 00.30am saya ke ER (Emergency Room) bersama Hijaz dan abang. 

Setelah di cek, ternyata dokter jaga ini menyampaikan bahwa saya sudah pembukaan 2. Lebih baik sy ke RS Jeddah khawatir terjadi apa2 lagi. 

Sendiri di ambulance tanpa suami dan anak. Hanya ditemani suster dan tenaga medis. Dan Allah yg menemani. Dan berdoa semoga balik ke kaust sudah ber4. Aamiin

Setiba di RS, lagi dan lagi di tolak. Memang sudah ada pembukaan 2 tetapi, dokter sampaikan kalau mau normal ni masih lama. Karena baby still high (masih tinggi) dan kontraksi belum stabil. 

Jam 7 pagi, semalaman tak tidur. Saya kasian ke suami dan Hijaz pastinya. Kami memutuskan mencari hotel sekitar RS. Karena sudah pembukaan 2 dan  khawatir sampai kaust yg menempuh perjalanan 2jam, ternyata kontraksi lagi. Kami mencari hotel yg bisa check in lebih pagi (early). Alhamdulillah dapat. 

17 Februari siang sambil mencari makan, saya minta suami ke sebuah toko baju karena koper siap isinya hanya untuk melahirkan (sy pke baju RS). Qodarullah harus bermalam di hotel. Jd sy minta suami belanja terlebih dahulu sambil muter-muter berharap pembukaan bertambah. 

Balik ke hotel dan malam hari setelah isya. Saya meminta suami (lagi) untuk keliling mall bukan untuk belanja tetapi, ikhtiar supaya keesokan harinya sudah bertambah pembukaannya. Selama 1 jam muter2 mall dengan jalan cepat(power walk). Dan berharap esok sudah bertemu adek. 😊

Lagi-lagi dini hari saya merasakan kontraksi. 

(Lanjut ke  part 2)

1 comment: