CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

May 26, 2020

Merawat Cinta


Hampir setahun ini, mendapatkan pengalaman banyak dari sekitar tentang permasalahan rumah tangga. Termasuk berita dari China, bahwa setelah lockdown karena corona di China tingkat perceraian meningkat. Kabarnya karna 24 jam 7 hari bersama pasangan.

Selama di rumah aja, saya pribadi jadi banyak berdiskusi dari hati  ke hati bersama suami. Sampai saya bertanya “kenapa rumah tangga itu berat sekali ya. Sehingga membuat mereka berat untuk mempertahankan pernikahan mereka". Abang menjawab "disekitar kita memang banyak yang gak bertahan dengan pernikahan tapi, kita bisa belajar dari mereka yang masih saling mencintai hingga puluhan tahun. Jangan fokus ke permasalahan rumah tangganya tapi, bagaimana mereka bisa melewati bersama. Setiap rumah tangga pasti ada masalahnya karena hadiahnya surga”.

Ramadhan tahun ini, pernikahan kami memasuki 7 tahun. Masya Allah Tabarakallah. Ini bukan semata-mata rumah tangga kita tanpa masalah. Awal-awal pernikahan memang rasanya bahagia sekali, mungkin itu ya orang-orang suka bilang “kalo sudah mabuk cinta, berasa dua milik berdua”. Maksudnya maunya sama-sama terus, diskusi terus, apa aja dibahas. Apalagi buat kalian yang gak melewati masa pacaran.

Tetapi namanya pernikahan itu ibadah sepanjang hayat dan berharap kita dikumpulkan lagi di surga-Nya Allah. Karna itu ujiannya gak hanya satu atau dua kali tetapi, berkali-kali. Ketika baca buku-buku tentang pernikahan atau mendengarkan seminar pernikahan pasti mereka akan membahas setiap hari adalah perkenalan. Karna setiap hari kita mengenal hal baru pasangan kita.

Beberapa hari lalu, sharing ke adik-adik binaan dulu di yayasan tentang pernikahan. Dulu mereka masih kecil-kecil banget, dahulu mengingatkan supaya sholat 5 waktu. Sekarang udah ada yang mau nikah. :D

Saya ingatkan kepada mereka menikah itu jangan pernah berharap bahagia selamanya, dapat pasangan romantic seperti di drama korea. Ketika sudah melewati pernikahan, tinggal bagaimana cara agar bisa cinta itu terus ada seperti pengantin baru. Merawat cinta sampai maut memisahkan.

Layaknya tumbuhan, pernikahan perlu dirawat supaya tumbuh subur dengan baik.

Saya menulis ini bukan berarti pernikahan kita sudah baik, tapi pengalaman ini suatu hari bisa menasehati saya pribadi bila badai pernikahan kami melanda. Belajar dari pengalaman orang sekitar bahwa kendala terbesar dalam sebuah pernikahan adalah masalah komunikasi dengan pasangan.

Komunikasi yang baik terhadap pasangan, keterbukaan. Ketika sudah menikah bukan lagi loe-loe gw-gw. Tetapi, permasalahan yang ada di keluarga besar pasangan kita pun juga permasalahan kita bersama, soal gaji/penghasilan. Bahkan kita seorang istri mau sedekah 1 riyal  pun pun tetap perlu keterbukaan pada suami.

Ketika dulu saya kerja part time, saya tetap terbuka berapa gaji per bulan yang saya terima. Meski abang gak pernah minta uang saya. Dan dia tetep menafkahi saya. Beliau hanya menasehati uangnya di investasi baik buat dunia maupun akhirat.

Masalah keuangan juga hal paling sensitive, kedua orang tua saya pun sering kali berdebat soal uang. Soal uang juga harus dibicarakan, abang termasuk generasi sandwich. Dari awal sebelum menikah kalian juga harus mengetahui tentang keuangan. Apalagi kalau istri dan suami menjadi generasi sandwich (membantu keuangan kedua orang tua) sedangkan kebutuhan keluarga makin meningkat. Kita tak bisa menyalahkan kedua orang tua kita ketika kita berada di generasi sandwich, karena setiap keluarga rezekinya beda-beda. Tapi, Alhamdulillah semua tercukupi. Dari kedua orang tua saya, saya belajar ibu dan bapak itu merantau dari kampung ke Jakarta. Dari ngontrak sepetak sampai sekarang memiliki petakan masyaAllah tabarakallah. Itu bukan karna mereka hura-hura tapi, mereka memang hidup hemat demi kehidupan yang lebih baik.

Selain soal keterbukaan soal keuangan, keterbukaannya juga soal password hp, meski saya dan suami gak pernah periksain. Tapi, kami gak merasa ada yang perlu ditakuti ketika pasangan kita megang hp kita.

Meski secara background pendidikan berbeda, Alhamdulillah kita punya mimpi keluarga yang sama. Alhamdulillah kami pun saling support. Saling mendukung itu terasa sekali si, membuat saya dan suami menjadi saling tiktok. Terlebih ketika saya berkerja dulu ya. Ketika saya membutuhkan dia, dia melengkapinya dan sebaliknya. Kalo nasehat ka Dewina “pernikahan itu grow together work together”.

Menutupi aibnya, selalu bersyukur dengan apa yang pasangan kita berikan, jangan membandingkan pasnagan kita dengan pasangan sebelah.

“Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka…”(Q.S Al-Baqoroh ayat 187)

 

Selanjutnya adalah memiliki waktu bersama, tak bisa dipungkiri ketika sudah memiliki anak kesibukan makin banyak. Bahkan untuk diri sendiripun sering tak ada waktu. Perlunya berkomunikasi ketika dibutuhkan bantuan. Dulu saat masih berdua, saya gak bisa tidur kalo abang gak ada di sebelah (ketika ngaji di Jeddah). Pas memilii anak, terus abang konferens benar-benar gak bisa tidur. Tapi, seiring berjalannya waktu abang ingatkan, kamu dikasih waktu sama Allah buat istirahat, kalo anak-anak lagi istirahat kamu juga istirahat. Karna kalo kamu kurang tidur, semua keadaan jd amburadul. Hehe alias suka berubah jd naga (sering marah). Itu juga alasan saya udah tidak pernah nntn lagi.

Menghabiskan waktu bersama tak meski sedang “main” saja. Tapi, ada yang bilang “pillow talk”. Tapi kalo kami biasanya gak pillow talk karena klo anak-anak tidur kita ikutan tidur. Haha kami biasanya setelah sholat malam sambil menunggu sholat subuh, atau setelah sholat subuh. Ngobrol bukan soal kuantitas tetapi kualitas.

Temukan Bahasa cinta pasangan kita. Di kutip dari kelascinta.com, “Bahasa cinta adalah cara orang mengekspresikan perasaan cintanya pada orang lain, dan bila cara tersebut dilakukan oleh pasangannya maka akan membuatnya merasa dicintai. Ada 5 bahasa cinta : dengan kata-kata (mengucapkan kata “aku sayang kamu”, waktu berkualitas (menghabiskan waktu bersama family time), hadiah, tindakan (menunjukan sikap membantu pekerjaan pasangan) , sentuhan (pelukan). Saya dan suami memiliki Bahasa cinta yang berbeda. Tapi, sebelum tidur biasanya tetap mengatakan kata I love you, pelukan sebelum tidur dan sebelum berangkat kerja.

Pasangan kita ini bukan malaikat, terimalah kekurangan dan kelebihan. Dan kita sebagai pasangannya tidak mudah mengubahnya. Contohnya tidur ngorok suami hehe awalnya pasti terganggu ya. Lama-lama malah rindu klo gak ada dengkurannya. :D atau kebiasan meletakan handuk basak di Kasur, tenang ya ini lading amal untuk menjemur handuk suami.

Saya dan suami biasanya tidak suka menujukan Bahasa cinta kami di depan orang lain. Pernah kami bermalam di rumah bude di Sragen, saya dan Hijaz tidur di kamar karena Hijaz masi bayi tetapi, abang tidak tidur dengan kami malah tidur di depan tv bareng bapak. Karena dia merasa tak enak masa orang tua di luar, anaknya di dalam kamar.

Selanjutnya adalah berdoa, senjatanya kita sebagai umat Islam adalah doa. Dia yang meletakkan rasa cinta di hati para pasangan kita. sangat mudah bagi Allah memutar balikkan rasa itu. Semoga Rasa cinta dan sayang kita kepada pasangan kita tidak melebihi kepada Sang Maha Cinta, Allah Ajjawajalla.

 

Kita memang tidak bisa meminta untuk tidak memiliki masalah dalam berumah tangga, karena masalah bukti cinta Allah kepada kita. tapi, kita bisa berdoa untuk pernikahan kita menjadi sakinah, mawaddah, warahmah itu selalu ada hingga setan tak berani menggoda keluarga kecil kita hingga kita bersama-sama masuk ke surga-Nya”. –aniksofiyah_

 

Nasehat dari Mba Indah Nursalim

Saat mengawali kehidupan pernikahan kadangkala diantara masing-masing pasangan belum muncul rasa cinta. Rasa itu tumbuh seiring waktu dan sejalan dengan proses pengenalan terhadap pasangan kita.

Rasa cinta bisa tumbuh ketika melihat paras pasangan kita yang menarik dipandang mata. Cinta juga bisa tumbuh bersebab melihat akhlak dan kepribadian pasangan kita yang mempesona. Pun cinta bisa tumbuh sewaktu menemukan kesamaan pandangan visi misi dalam membangun rumahtangga.

Namun, apapun sebab tumbuhnya cinta, yang paling utama adalah bagaimana upaya merawatnya

Karena merawat cinta kasih pasangan suami istri dibutuhkan pengorbanan dan kesabaran yang lebih besar dibandingkan sewaktu menanam dan menumbuhkannya.

Meski raga tak sekuat dulu kala, dan usia tak lagi muda..bahkan ketika sudah di ujung senja.

Penambahan porsi perhatian, empati, pengaturan intensitas kebersamaan, pengungkapan rasa sayang, penjagaan aib pasangan, juga kemaafan atas segala khilafnya.

Adalah serangkaian upaya yang harus senantiasa dilakukan dengan penuh sabar dan sarat pengorbanan saat merawat cinta. Hingga rasa itu tumbuh mekar berbunga, harum mewangi, menghangatkan semesta sanubari, dan berbuah harmoni serta keberkahan sepanjang masa.

Karena sejatinya kita menikah adalah untuk menggapai keberkahan, bukan hanya sekedar bahagia.

Dan berkah adalah anugerah terindahNya yang tidak selalu melekat pada kondisi tawa ceria.

Bahkan keberkahan kadangpula meliputi kondisi yang sarat deraian air mata

Maka benarlah bahwa senjata sabar dan syukur mesti dimiliki setiap mukmin sejati di setiap kala.

Sehingga segala kondisi yang Allah takdirkan untuk dihadapi dalam rumahtangga, justru semakin menambah ketaatan dan cinta kepadaNya. Itulah berkah yang sesungguhnya, yang diidamkan setiap insan yang meng'azzamkan pernikahannya sebagai sarana untuk beribadah kepadaNya

Selamat merawat cinta dan keberkahan, di dalam rumah tangga

No comments:

Post a Comment