CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Nov 24, 2024

Hari Ketiga: Pertanyaan yang Mengubah Arah Hidupku



Aku memulai SMA dengan membawa kebiasaan dari madrasah—berjilbab. Bukan karena aku memahami apa yang aku lakukan, tapi lebih karena kebiasaan dan tuntutan lingkungan. Namun, aku tetap menjadi remaja biasa. Aku menikmati nongkrong bersama teman-teman, tertawa lepas, dan terkadang lupa diri. Di tengah itu semua, jilbabku terasa seperti pelengkap, bukan perwujudan dari keyakinan yang mendalam.

Hingga suatu hari, seorang teman bertanya dengan nada santai, “Nik, kenapa lu pakai jilbab?” Pertanyaan itu sederhana, tapi entah kenapa, seperti menamparku. Aku tidak punya jawaban yang berarti. Aku hanya menunduk dan berkata, “Ya karena aku sudah terbiasa.”

Jawabanku sendiri terasa kosong. Sepanjang perjalanan pulang, aku terus memikirkannya. Apa benar aku hanya memakainya karena kebiasaan? Kalau begitu, apakah yang kulakukan ada nilainya di hadapan Allah?

Malam itu, aku duduk di kamar, merenungi hidupku. Aku ingat setiap momen ketika aku merasa nyaman tertawa bersama teman-teman, namun jarang sekali teringat untuk berdoa atau membaca Al-Qur’an. Aku mulai merasa ada yang hilang dalam diriku. Aku memakai jilbab, tapi aku tidak benar-benar mengerti apa maknanya. Aku merasa jauh dari apa yang seharusnya menjadi identitas seorang Muslimah.

Aku mulai mencari jawaban. Dengan langkah kecil, aku meminjam buku-buku tentang Islam dari kakak di TPA. Aku membaca tentang hijab, tentang arti menjadi seorang Muslimah, tentang tanggung jawabku sebagai hamba Allah. Aku menghadiri mentoring. Aku bahkan bertanya pada teman-teman yang lebih paham, meskipun rasa malu sering menghalangiku.

Perjalananku tidak mudah. Ketika aku mulai mencoba memperbaiki diri, lingkungan sekitarku tidak selalu mendukung. Beberapa teman mulai merasa aku berubah. Mereka bilang aku tidak seru lagi karena aku tidak ikut nongkrong sebanyak dulu. Ada juga yang menganggap aku terlalu serius. Itu menyakitkan, tapi aku sadar bahwa perubahan sering kali membawa kehilangan.

Namun, setiap kehilangan itu digantikan dengan sesuatu yang lebih berharga. Aku menemukan ketenangan dalam doa, kekuatan dalam ibadah, dan makna dalam setiap kain yang menutupi tubuhku. Hijab yang dulu hanya kebiasaan, kini menjadi lambang keyakinan.

Aku belajar bahwa hijrah bukanlah tentang menjadi sempurna. Ini adalah perjalanan untuk terus menjadi lebih baik. Setiap langkah kecil yang kuambil—meski disertai keraguan, meski terasa berat—aku yakin Allah menghargainya.

Hingga hari ini, aku terus berproses. Hijrahku tidak selesai dalam semalam. Aku masih belajar untuk menjadi hamba yang lebih taat, untuk menjadikan hijabku bukan hanya simbol, tapi bukti dari cinta dan kepatuhanku kepada Allah.

Jika kalian merasa belum siap untuk berubah, ketahuilah bahwa setiap perjalanan besar dimulai dari langkah kecil. Tidak apa-apa jika perjalanan itu lambat. Yang penting, kita terus bergerak menuju Allah, karena Dia selalu menanti dengan rahmat-Nya.


No comments:

Post a Comment