Assalamu’alaikum!
Hari ini aku ingin berbagi cerita tentang awal mula aku memakai jilbab. Sejak SMP, aku sudah mengenakannya karena sekolahku adalah Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang mewajibkan semua siswi berjilbab. Tapi yang menarik, aku tetap memakainya di luar sekolah meskipun saat itu aku belum paham dalil atau alasan sebenarnya. Bagiku, jilbab hanya bagian dari rutinitas, bukan sebuah pilihan sadar.
Namun, seperti remaja pada umumnya, aku juga menjalani masa-masa nongkrong dan bermain bersama teman-teman. Aku sering menghabiskan waktu di luar rumah, jalan-jalan, dan bersenda gurau tanpa memikirkan banyak hal. Aku merasa seperti anak muda lainnya—bebas dan penuh semangat, meski mengenakan jilbab.
Jujur, saat itu aku belum benar-benar memaknai jilbabku sebagai bentuk ketaatan. Aku lebih memakainya karena sudah terbiasa, bukan karena memahami bahwa itu adalah perintah Allah. Kadang aku bertanya-tanya dalam hati, "Apakah aku benar-benar sudah mencerminkan seorang Muslimah yang baik?" Tapi, seperti kebanyakan anak muda, aku lebih sibuk menikmati masa remaja daripada mencari jawaban atas pertanyaan itu.
Ada masa di mana aku merasa jilbab itu hanya sekadar penampilan luar, sementara hatiku masih perlu banyak diperbaiki. Aku sadar, perilaku dan pilihan hidupku belum sepenuhnya mencerminkan makna jilbab yang sesungguhnya. Namun, aku bersyukur karena Allah memberiku waktu dan kesempatan untuk belajar.
Seiring waktu, aku mulai lebih banyak mengikuti kajian, membaca buku, dan mendengar ceramah yang membuka pandanganku. Aku mulai memahami bahwa jilbab bukan hanya penutup tubuh, tapi juga perlindungan dan simbol identitas seorang Muslimah. Allah memerintahkannya bukan untuk membatasi, melainkan untuk menjaga dan memuliakan.
Kini, aku masih terus berproses. Aku belajar untuk tidak hanya memperbaiki penampilan, tetapi juga memperbaiki hati dan perilaku. Aku ingin jilbabku bukan hanya kain yang menutup tubuh, tapi juga cerminan dari keinginanku mendekat kepada Allah.
Dan meskipun aku dulu sering nongkrong layaknya anak muda biasa, aku percaya bahwa perjalanan setiap orang itu berbeda-beda. Hijrah itu bukan tentang seberapa cepat kita berubah, tetapi tentang seberapa tulus usaha kita untuk menjadi lebih baik.
Semoga cerita ini bisa menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil kita menuju kebaikan adalah bentuk cinta Allah kepada kita.
Salam hangat,
Una
No comments:
Post a Comment