Ketika aku mulai belajar tentang jilbab, aku merasa ada panggilan hati untuk menjadi lebih baik. Tapi aku tahu, perubahan itu bukan berarti memutuskan hubungan dengan orang-orang di sekitarku, apalagi teman-teman lama. Aku percaya, pergaulan yang baik adalah salah satu cara untuk berdakwah—bukan dengan menghakimi, tapi dengan menjadi contoh.
Dulu, aku sering nongkrong bersama teman-teman dari berbagai latar belakang. Mereka yang belum berjilbab, mereka yang suka berbicara ceplas-ceplos, bahkan mereka yang masih jauh dari agama. Tapi aku tidak pernah merasa itu alasan untuk menjauh. Justru, aku merasa itu adalah kesempatan bagiku untuk berbagi kebaikan tanpa memaksa.
Ada satu momen yang selalu kuingat. Saat itu, kami sedang duduk di warung kecil di dekat sekolah, membicarakan hal-hal ringan. Salah satu temanku bertanya, “Nik, lo gak risih apa pakai jilbab terus, bahkan kalau nongkrong kayak gini?” Pertanyaan itu dilontarkan tanpa maksud buruk, hanya rasa penasaran.
Aku tersenyum dan menjawab, “Enggak, gw justru nyaman. Ini seperti pelindung untuk gw. gw tetap bisa bareng kalian, tetap bisa ngobrol kayak biasa. Jilbab ini gak membatasi gw buat jadi teman yang sama seperti dulu.”
Jawaban itu membuat mereka terdiam sejenak. Lalu, salah satu dari mereka berkata, “Tapi gue kadang malu sendiri, lo udah sejauh ini. Gue ngerasa belum siap.” Aku menatapnya lembut dan menjawab, “Gak apa-apa. Setiap orang punya waktunya masing-masing. Gw cuma berharap, kalau suatu saat lo siap, kamu bakal ingat bahwa ini semua bukan tentang orang lain, tapi tentang hubungan kita dengan Allah.”
Sejak saat itu, percakapan kami berubah. Aku mulai merasa ada celah untuk menyisipkan nilai-nilai kebaikan dalam obrolan sehari-hari. Mereka tetap bercanda seperti biasa, tapi ada rasa hormat yang tumbuh. Mereka tidak lagi mengajak bercanda dengan topik yang kurang pantas di depanku.
Aku sadar, dakwah itu tidak harus selalu dengan dalil panjang atau ceramah yang berat. Terkadang, senyum, sabar mendengarkan, dan tetap menjadi teman yang bisa diandalkan adalah cara terbaik untuk menunjukkan bahwa Islam itu indah. Aku ingin mereka melihat bahwa berhijab, belajar agama, atau mendekat kepada Allah tidak membuat seseorang berubah menjadi orang yang kaku atau jauh dari pergaulan.
Bagiku, hijrah itu adalah proses panjang yang tidak hanya mengubah diri sendiri, tapi juga membawa orang lain ke dalam kebaikan dengan cara yang lembut. Dakwah adalah perjalanan cinta, bukan paksaan. Dan aku percaya, setiap langkah kecil yang kutempuh bersama teman-temanku ini adalah bagian dari jalan menuju keridhaan-Nya.
No comments:
Post a Comment